JOTHI Menemui PT.Indofarma Dengan Visi Produksi Obat Hepatitis C Lokal


JAKARTA Jum’at, tanggal 3 September 2010, JOTHI kembali melakukan upaya advokasi pencegahan dan pengobatan koinfeksi HCV dan HIV pada sektor farmasi melalui pertemuan dengan Indofarma. Diwakili oleh tim advokasinya JOTHI yang terdiri dari POKJA pengguna napza suntik dan SEKNAS JOTHI diskusi awal dengan Sudibyo (Presiden Direktur PT.Indofarma) diselenggarakan sebagai tindak lanjut pertemuan dengan MENKES pada 12 Agustus 2010. Sudibyo menjelaskan bahwa melalui kolaborasi upaya bersama antara PT.Indofarma dengan PT.Roche upaya nyata membumikan tes dan pengobatan HCV dimulai dengan riset yang dilakukan oleh PT.Indofarma dengan PT.Roche untuk menyasar kasus infeksi Hepatitis pada kelompok masyarakat umum. Selain untuk memunculkan angka kasus inveksi Hepatitis C, upaya ini dijadikan dasar bagi PT.Indofarma dengan PT.Roche untuk mendorong produksi obat Hepatitis C lokal. Upaya produksi obat lokal ini hanya dapat dimungkinkan apabila kebutuhannya dianggap sudah cukup banyak dan mendesak

Kedepannya diharapkan produksi reagen untuk rapid test diagnostik Hepatitis C juga dapat diproduksi oleh Farmasi Indonesia, gambaran sederhana dari kebutuhan ini adalah dengan semakin banyaknya kebutuhan penapisan Hepatitis baik bagi masyarakat terutama kelompok beresiko dan untuk kepentingan screening darah PMI maka apabila tanggung jawab ini diambil oleh pemerintah sudah tentu beban biaya yang harus ditanggung juga menjadi sangat besar, mempertimbangkan bahwa harga satuan untuk test Hepatitis masih sangat mahal, berkisar antara Rp 100.000 – Rp 175.000. Maka untuk meringankan beban pemerintah, PT.Indofarma dengan PT.Roche mencoba menginisiasi produksi dalam negeri untuk reagent rapid test diagnostik untuk Hepatitis. Apabila reagent dapat diproduksi di dalam negeri, maka prediksi harga satuan reagent rapid test diagnostik Hepatitis C jatuh pada kisaran harga Rp 30.000 per unit. “Produksi reagent rapid test diagnostik dan juga obat Hepatitis C lokal sangat dimungkinkan.

Produksi reagen dan obat dalam negeri tersebut sangat tergantung dari dukungan pemerintah”, imbuh Sudibyo dalam diskusinya dengan JOTHI. Beliau berharap pemerintah dapat memberikan dukungan nyata sehubungan dengan visi PT.Indofarma dan PT.Roche dalam mengupayakan produksi obat dan reagent rapid test diagnosa Hepatitis C.

Sudibyo juga berpendapat bahwa bagi PT.Indofarma sudah menjadi harga mati untuk dapat memproduksi obat Hepatitis C dalam negeri. Secara bertahap PT.Indofarma siap untuk dapat memulai proses produksi obat Hepatitis dalam negeri, proses produksi akan dimulai dari pengemasan obat hingga proses peracikan. Meskipun semua bahan dasar obat masih harus sepenuhnya diimport, berharap dengan memulai proses produksi dalam negeri dan meskipun license awal hanya sebatas untuk dapat melakukan pengemasan, namun hal tersebut dinilai sangat membantu untuk dapat memulai menurunkan harga jual secara bertahap. Diharapkan dengan proses pengemasan yang dilakukan didalam negeri oleh PT.Indofarma maka biaya produksi dapat mulai ditekan, sehingga biaya yang harus ditanggung pemerintah dapat diminimalisir. Dampak langsung yang akan didapat adalah, setelah harga obat Hepatitis C menjadi lebih terjangkau dan kebutuhan pemakaian dapat dibuktikan dengan data yang valid maka pemerintah dapat membuat compulsory license guna produksi obat generik dalam negeri.

Keteguhan semangat PT.Indofarma untuk memulai produksi obat Hepatitis C dalam negeri dibuktikan dengan kesiapan PT.Indofarma menerima kunjungan dalam bentuk audit kesiapan produksi. Disampaikan secara tegas oleh Sudibyo bahwa PT.Indofarma sudah siap untuk memenuhi syarat pra kualifikasi yang ditentukan WHO guna mendapatkan license produksi obat Hepatitis C dalam negeri.

Koordinator Nasional JOTHI, Budi Kurniawan juga menjelaskan strategi – strategi JOTHI untuk membuat pengobatan HCV bagi orang terinfeksi Hiv di Indonesia menjadi kenyataan. JOTHI akan mendukung pengumpulan data lapangan mengenai infeksi tersebut pada populasi orang terinfeksi HIV dan keluarganya. JOTHI juga akan memproduksi literatur pengobatan koinfeksi HCV dan HIV yang dikombinasikan dengan pendidikan pengobatan sekaligus sebagai upaya pencegahan terintegrasi. Sesuai dengan diskusi JOTHI dengan MENKES pada 12 Agustus 2010, kemungkinan membuat intervensi HCV dan HIV di indonesia jauh lebih realistis. Pertanyaan Budi mengenai kemungkinan harga obat yang nantinya akan diproduksi oleh indofarma harus dapat masuk kedalam standar JAMKESMAS, komunikasi tersebut diamini oleh Sudibyo.

PT.Indofarma melalui Sudibyo menanggapi ajakan kemitraan dengan oleh JOTHI secara serius sekaligus kemungkinan kemitraan dengan Kemenkes khususnya Dirjen P2PL dalam mengembangkan strategi bersama untuk memastikan produksi obat Hepatitis C dalam negeri. Berharap dari setiap upaya yang dilakukan bersama, dapat mencapai hasil yang memuaskan demi perbaikan kualitas hidup warga negara Indonesia. Dibawah kemitraan antara Kemenkes-P2PL, PT.Indofarma dan JOTHI, maka visi untuk menyediakan dan memperluas akses pencegahan, deteksi, perawatan dan pengobatansudah membutuhkan dapat terealisasi serta berjalan secara berkesinambungan.

0 komentar:

Posting Komentar